Oleh: Prof DR H Miftah Faridl

Ihsan adalah puncak dari pada Iman dan Islam:

1.    Menyembah Allah, seolah-olah melihat Allah,

Ibadah tidak hanya melaksanakan kewajiban tapi juga memperoleh kenikmatan bahkan ibadah menjadi pengobatan spiritual.

Tahapan seseorang beribadah itu bisa; a. dipaksa b. terpaksa c. biasa d. terasa.

Proses untuk memperleh Ihsan selain melalui penghayatan terhadap foilosofi ibadah juga dengan menanamkan ALHUB atau Cinta kepada Allah yang melebihi cinta kepada selain Allah.

Cinta kepada Allah sebenarnya merupakan konsekuensi dari Tauhidullah “tidak ada yang dicintai selain Allah” (La Mahbuba Illa Allah).

Dengan cinta itulah tumbuh :

  • Rindu bertemu dengan Allah.
  • Banyak menyebut nama Allah.
  • Gemar membaca Kalimatullah.
  • Demam berkunjung ke rumah Allah.
  • Sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah dan mematuhi larangan-larangan Allah.

2.    Yakin bahwa Allah selalu melihat kita. Dimanapun kita berada dan kemanapun kita pergi. Kita yakin Allah selalu melihat kita, mendengar kita. Karena Allah Maha Melihat, maha Mendengar, Maha Menghitung, dll.

Ihsan yang kedua menumbuhkan Haya, yaitu malu. Malu melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah, malu melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Allah. Tidak sampai hati untuk berbuat sesuatu yang dimurkai Allah, dihadapan Allah.

Malu itu sebagian dari Iman. Rasulullah SAW bersabda; “kalau sudah tidak ada rasa malu silahkan berbuat sekehendakmu”.

3.      Semangat kompetitif dalam kebaikan (Fastabiqul Khoirot).

Syariat Allah ketika diperintahkan kepada manusia, maka manusia terbagi kepada tiga:

  1. Dzalim, yaitu tidak patuh kepada ajaran.
  2. Adil, patuh kepada ajaran yang diwajibkan.
  3. Sabiqul Khoirot (ihsan). Patuh kepada yang wajib, gemar kepada yang sunat. Memberikan yang terbaik kepada orang lain yang tidak memberi kebaikan kepada kita. Sikap ini antara lain diwujudkan dalam sikap memaafkan dan mendoakan baik untuk orang yang berbuat dzalim kepada kita.
  4. Menolong orang lain yang tidak pernah menolong kita, menghubungkan tali silaturahmi dengan orang yang memusuhi kita, membebaskan hutang orang lain yang tidak mampu membayarnya.