SHALAT MALAM
Oleh : Prof. dr.h. miftah faridl
Ketika Rasulullah SAW pada tahun-tahun pertama kenabian menghadapi berbagai macam pelecehan, penghinaan bahkan fitnah, beliau di tuduh sebagai orang gila, Allah SWT menurunkan Wahyu-wahyunya kepada beliau sebagai panduan untuk menyikapi keadaan tersebut. Diantara wahyu-wahyu itu ialah turunnya surat Al Muzzamil surat ke 73. Beberapa ayat yang berisi semacam panduan spiritual kepada beliau agar beliau tetap tangguh, istiqomah dan mantap dalam melaksanakan tugas “Wahai orang-orang yang berselimut, bangunlah shalat malam, separuh malam, atau kurangi sedikit atau lebih dan bacalah Al Qur’an dengan tartil, maka aku akan berikan kepadamu Qaulan Tsaqilan (ucapan berbobot) dan sesungguhnya bangun di penghujung malam itu paling dalam kesannya untuk menumbuhkan iman dan memantapkan mental” (Q.S. Al Muzzamil, 1-6).
Ada dua janji yang Allah berikan kepada beliau setelah beliau melakukan shalat malam dan mentartil (membaca dengan tertib) Al qur’an, yaitu Pertama Qaulan Tsaqilan (ucapan berbobot) yang sering diartikan sebagai Kharisma bil kasyaf, dan yang kedua tangguh dan mantap dalam menghadapi dan menyikapi berbagai tantangan dan ujian Shahabat Ibnu Abbas (seorang Mufassir di zaman sahabat Nabi); dalam tafsirnya menyatakan; setelah turun Al Qur’an Surat Al Muzzammil tersebut, Nabi terus memelihara shalat malam sampai dengan saat-saat menjelang beliau wafat (23 tahun). Kepada umatnya beliau menyampaikan bahwa shalat malam itu merupakan shalat para Nabi dan para Rasul Allah yang terdahulu dan merupakan kebiasaan orang-orang salih, serta amalan orang-orang yang berprestasi.
Beliau juga pernah memberikan resep spiritual terhadap keluarga yang menghadapi problem keluarga. “Bangunkan istrimu di penghujung malam dengan penuh kasih sayang, bangunkan suamimu di penghujung malam dengan penuh kasih sayang”. Jika suami istri melakukan shalat malam dan mereka berdzikir memohon kepada Allah. Allah SWT menyatakan; Aku malu kalau aku tidak memenuhi do’a mereka, Aku malu kalau aku tidak mengabulkan munajat mereka.
Shalat malam juga dapat berfungsi sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Sahabat Abu Hurairah pernah bertanya kepada Rasul setelah Ia melihat kaki Baginda Rasul memar-memar, bengkak dan lecet-lecet parah. Kenapa anda, shalat malam sampai kaki anda lecet, bengkak dan memar-memar parah? Padahal anda adalah Rasul Allah, kekasih Allah, Anda tidak pernah berbuat dosa, anda pun sudah pasti masuk Sorga? Jawaban beliau; Apakah tidak pantas kalau saya mensyukuri segala anugerah ni’mat Allah itu?.
Shalat malam adalah satu-satunya sholat yang berulang kali diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an dengan sejumlah janji bagi pelakunya, “Dan pada sebagian malam hari, bertahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ketempat (derajat) yang terpuji (Posisi yang terpuji). Q.s. Al Isro 79, “Dan pada sebagian malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari, Q.S. Al Insan 76:26. Rasulullah SAW bersabda: Tuhan kami turun kelangit dunia pada dua pertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman: barangsiapa yang berdo’a dan berdzikir kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan, dan siapa yang meminta kepada-Ku, pasti akan Aku beri dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku, pasti akan Aku Ampuni (Hr. Bukhari, Muslim dan Abu Hurairah). Beliau Bersabda: Sedekat-dekat hamba Allah kepada Tuhannya adalah di tengah malam. Maka dari itu, jika engkau mampu menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada saat itu maka kerjakanlah (Hr. Tirmidzi dari Amr bin Usbah).
Pada awal pembangunan masyarakat Madinah, Nabi SAW menyampaikan 4 (empat) pesan moral kepada umat Islam “tebarkan salam, bengun keakraban, wujudkan kepedulian sosial dan bangun shalat malam pada saat orang-orang sedang tidur”
Nabi Dawud membiasakan shalat malam dengan cara tidur separoh malam bangun sepertiga malam (Shalatu Dawud). Dan itu dilanjutkan oleh putra Nabi Dawud yaitu Nabi Sulaiman AS. Beberapa shahabat sempat melakukan shalat malam dengan cara seperti itu (Shalatu Dawud). Nabi sendiri membiasakan shalat malam di akhir malam, separoh atau sepertiga malam dengan cara pertama shalat dua rakaat ringan (Rakiataen Khofifataeni) Rakaat pertama Fatihah dengan Al Kafirun, Rakaat Kedua Fatihah dengan Al Ikhlas, kemudian Tahajud 4 x 2 Rakaat dengan membaca surat-surat yang panjang kemudian 2 rakaat dengan bacaan Al ‘ALa pada Rakaat pertama dengan Al Kafirun pada Rakaat kedua, kemudian beliau melakukan Shalat Witir satu Rakaat dengan bacaan Surat Al Fatihah dan Surat Al Ikhlas.
Shalat malam adalah penghapus dosa, penenang hati, pembersih jiwa, taqarrub yang paling effektif dan obat segala macam kegundahan, kegelisahan, kesedihan, kemarahan, keterasingan, keputusasaan dan problem-problem rohaniah lainnya. Ia adalah tiket untuk meraih sorga dan kemulyaan di sisi Allah SWT.