Oleh: Prof. Dr. KH. Miftah Faridl

Ibrahim as Sebagai Tauladan Hidup

Dalam ajaran Islam Ibrahim as mendapat kedudukan khusus dan istimewa. Beliau termasuk salah seorang ulul ’azmi minal rasul, salah seorang rasul yang istimewa. Al- Qur‘an menyajikan kisah kehidupan Ibrahim as itu dalam banyak ayat, sebab di samping Ibrahim merupakan ayah atau kakek dari sejumlah nabi-nabi besar, juga karena kehidupannya dapat memberikan suritauladan yang baik dan patut untuk diikuti oleh mereka yang beriman. Ibrahim as telah memberikan suatu tauladan yang indah bagi kehidupan mereka yang beriman. Beliau mampu meng­hadapi berbagai macam tantangan, godaan dan ancaman. Beliau telah memperoleh kesuksesan-kesuksesan besar sampai menjadi buah tutur manusia sepanjang masa.

Oleh karena itulah dalam setiap do’a tasyahud, seorang Muslim selalu menyebut nama Ibrahim as dan keluarga Ibrahim as memohon agar Allah melimpahkan rahmat dan berkat kepada Nabi Muhammad saw dan keluarga serta peng­ikutnya sebagaimana rahmat dan berkat yang diberikan oleh Allah kepada Ibrahim as keluarga besar Ibrahim.

Pelajaran apakah yang dapat kita peroleh dari ke­hidupan Ibrahim as khalilullah dalam menghadapi berbagai problem hidup sekarang ini?

Marilah kita renungkan kembali kisah Ibrahim itu se­bagaimana yang diuraikan Allah dalam al-Qur‘anul Karim.

Ibrahim as lahir di tengah-tengah masyarakat yang penuh kemusyrikan. Sejak ia lahir ia telah dihadapkan dengan ujian yang sangat berat; ia harus dibuang jauh ke tengah hutan, untuk berhindar dari kejahatan penguasa waktu itu yakni diktator Namrudz. Ketika usia remaja ia sudah mulai merenung tentang siapa pencipta alam semesta ini.

Allah SWT berfirman:

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim as tanda-tanda keagungan Kami yang terdapat di langit dan di bumi, dan Kami memperlihatkannya agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, ia melihat sebuah bintang (lalu) ia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam ia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit ia berkata inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu ter­benam ia berkata sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala matahari terbit ia berkata inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu terbenam ia berkata: Hai kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan. Ia menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mem­persekutukan Tuhan. (QS, al-An’am, 6:75-79)

Ia sempat berdiskusi tentang Yang Maha Pencipta itu dengan ayahnya, Azar pembuat patung untuk sembahan orang-orang waktu itu (QS, Al-Anbiya‘, 21:51-67). Ia menyeru kepada ayahnya agar mau ^beriman tetapi ia malah diusir oleh ayahnya, tapi Ibrahim as menjawab dengan jawaban yang sopan dan mendo’akan ayahnya itu.

Allah SWT berfirman: “Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: ’Wahai Bapaku, mengapa kamu me­nyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikit pun? Wahai bapaku, sesungguhnya telah datang kepadaku se­bahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepada jalan yang lurus. Wahai bapaku, janganlah kamu menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapaku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan.’ Berkata bapaknya: ’Bencikah kamu kepada Tuhan-Tuhanku, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”. Berkata Ibrahim as: ’Semoga keselamatan ini dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan daripada apa yang kamu seru selain dari Allah, dan aku akan berdo’a kepada Tuhanku: mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo’a kepada Tuhanku.” (QS, Maryam, 19:42-48)

Ia menghadapi ujian yang sangat berat, karena ia harus menghadapi penguasa yang lalim sehingga ia harus di­bakar dalam sebuah api unggun yang besar, tetapi Allah menyelamatkannya.

Allah SWT berfirman:

“Mereka berkata: Bakarlah dia dan bantulah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman: Hai api, menjadi dinginlah dan men­jadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim as. Maka Kami menjadi­kan mereka itu orang-orang yang paling merugi”. (QS, al-Anbiya‘, 21:68-70)

Ia harus meninggalkan tanah airnya menuju suatu negeri yang tandus, demi kepatuhannya kepada Allah dan kecintaannya akan agamanya.

”Aku pergi memenuhi panggilan Tuhanku, Ia-lah yang akan menunjuki aku”. (QS, asy-Shaffat, 37:99)

Ketika ia dewasa, lama ia tidak dianugerahi putra, tapi ia tidak putus asa, ia tetap memohon, mendo’a ke hadirat Allah SWT.

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh”. (QS, ash-Shaffat, 37:100)

Ketika ia berusia tua, ia dianugrahi putra dari hasil do’a demi do’a yang cukup lama.

“Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar” (QS, ash-Shaffat, 37:101)

Allah memerintahkan Ibrahim as agar ia meninggalkan putranya itu bersama Hajar; Isteri Ibrahim as di satu tempat yang tandus, yang tidak ada air, tidak ada makanan dan tidak ada manusia lain. Tempat itu disebut Bakkah atau Makkah sekarang.

Ketika anak satu-satunya dan yang sangat dicintainya itu sampai remaja, Allah untuk kesekian kalinya menguji Ibrahim as kembali; Ibrahim as diperintahkan untuk mengur­bankan putranya itu dengan tangan Ibrahim as sendiri.

Kali ini pun Ibrahim lulus dari ujian yang maha berat itu, ujian yang hanya diberikan kepada Ibrahim as. Juga Isma’il dan Hajar lulus dalam ujian yang sangat berat itu.

Allah SWT berfirman:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: Anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab: ’Hai Bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah ke­sabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: ’Hai Ibrahim sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (yaitu) kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberikan alasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.’ (QS, ash-Shaffat, 37:102-111)

Ibrahim Memperoleh Rahmat dan Berkat (Imamah, Dzurriyyah, Baldah. Hikmah dan Jannah)

Demikianlah, Ibrahim as telah lulus menghadapi berbagai ujian dan tantangan yang bertubi-tubi. Ujian dan tantangan yang sangat besar dan yang hanya diberikan kepada Ibrahim as. Maka berlakulah sunnatullah, bahwa bagi mereka yang menghadapi tantangan dan ujian akan diberi­kan anugrah kemenangan dan kesuksesan hidup.

Ibrahim as telah memperoleh anugrah kesuksesan dan kemenangan itu. Dan anugerah besar yang diberikan Allah ini nampaknya hanya pantas diberikan kepada mereka yang dapat mengatasi ujian dan cobaan besar sebagai­mana Ibrahim as. Ibrahim as dipilih oleh Allah menjadi imaman linnas, pemimpin ummat manusia.

Allah SWT berfirman:

“….. Aku jadikan engkau Imam bagi manusia…..” (QS, al-Baqarah, 2:124)

Do’a Ibrahim as untuk memiliki generasi penerus yang shaleh dan dapat melanjutkan kepemimpinan dikabulkan oleh Allah.

“Ya Tuhanku berilah aku keturunan yang shaleh”. (QS, ash-Shaffat, 37:100)

”Tuhan jadikanlah kami dan keturunan kami, orang yang mau menegakkan shalat”. (QS, Ibrahim, 14:40)

”Tuhan kami, jadikanlah kami dan keturunan kami orang-orang yang berserah diri kepada-Mu….” (QS, al-Baqarah, 2:128)

Ini menunjukkan begitu besar concetn dan perhatian Ibrahim as kepada generasi sesudahnya. Sehingga ketika Allah menjanjikan kepada Ibrahim as untuk dipilih menjadi pemimpin dari ummatnya maka Ibrahim as langsung me­mohon agar janji dan anugerah kepemimpinn itu juga diberikan Allah kepada keturunannya. Dan Allah SWT pun memenuhi permohonan itu.

”Dan (ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturun­anku. Allah berfirman: ’Janji-Ku ini tidak berlaku bagi yang zhalim’.” (QS, al-Baqarah, 2:134)

Oleh karena itulah kita menemukan sejumlah nama-nama nabi pilihan yang disebut al-Qur’an yang terdiri, dari keluarga besar Ibrahim (Ali Ibrahim as seperti Ismail as, Ishaq as, Ya’qub as, Yusuf as, Daud as, Sulaiman as, Musa as, Harun as, ’Isa as, Muhammad saw lain-lain.

Do’a Ibrahim as untuk dianugerahi negeri yang baik, juga dipenuhi oleh Allah SWT. Beliau selalu berdo’a untuk lahirnya negeri yang aman dan negeri yang ma’mur. Beliau mendo’a:

“Ya Tuhanku kami, jadikanlah negeri kami menjadi negeri yang aman sentosa dan beri rizkilah penduduknya dengan bermacam-macam buah-buahan, yaitu mereka yang beriman kepada Tuhan dan hari kemudian”. (QS, al-Baqarah, 2:126)

“Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini, negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala. (QS, Ibrahim, 14:35)

Ini menunjukkan concern dan perhatian Ibrahim kepada bangsa dan negerinya. Berbahagialah satu ke­luarga yang dianugerahi keturunan yang cerdas dan shaleh, sebagaimana yang diperoleh Ibrahim as.

Dan berbahagialah suatu negara yang dianugerahi kemakmuran, sebagaimana kemakmuran yang diberikan Allah kepada negara yang dihuni Ibrahim as.

Do’a Ibrahim untuk dianugerahi hikmah dan kehidup­an yang menjadi buah tutur serta berkesan bagi kehidupan manusia di akhir zaman juga dipenuhi oleh SWT. Beliau selalu berdo’a:

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shaleh”. (QS, as-Syu’ara, 26:83)

”Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang- orang (yang datang) kemudian”. (QS, sy-Syu’ara, 26:84) ”Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempunyai syurga yang penuh kenikmatan”. (QS, asy-Ayu’ara, 26:85)

Hidup adalah Ujian

Kali ini kita sedang dihadapkan dengan berbagai macam ujian dan cobaan. Untuk masyarakat Jawa Barat, khususnya daerah Priangan, sedang dihadapkan dengan bencana Gunung Galunggung yang sudah berjalan cukup lama dengan korban harta yang tidak sedikit.

Maka sudah sepantasnya apabila kita pada saat ini mencoba merenungkan kembali arti dari suatu musibah yang menimpa kita, untuk kemudian kita mengambil suritauladan dari kehidupan nabiyullah Ibrahim as.

Musibah itu tidak lepas dari dua kemungkinan: Per­tama mungkin merupakan azab Allah kepada kita ber­sama; karena kita telah banyak melakukan dosa kepada Allah SWT, atau merupakan ujian keimanan kepada kita bersama; karena kita telah banyak melakukan dosa kepada Allah SWT, atau merupakan ujian keimanan kepada kita, karena kita sudah lulus diuji dengan ke­gembiraan dan ketentraman, maka kini kita diuji dengan kepahitan dan bencana.

Tapi terlepas dari kemungkinan-kemungkinan tersebut, kita semua diperintahkan untuk menghadapi musibah ini dengan sabar dan tawakkal kepada Allah SWT.

Pelajaran yang sangat berharga yang dapat kita ambil dari kisah nabiyullah Ibrahim as dalam menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan serta mewujudkan cita-cita perjuangan khususnya yang menyangkut pem­binaan generasi muda dan mewujudkan negara yang aman dan makmur adalah bahwa untuk meraih kesuksesan besar hendaknya kita mampu untuk menghadapi ujian yang besar dan pengorbanan yang besar pula.

Tampaknya memang tidak akan ada kesuksesan besar tanpa adanya ujian dan pengorbanan yang besar.

Sampai berapa banyak kemampuan kita diuji dan berkorban, maka sekianlah hasil kesuksesan yang dapat kita peroleh.

Ujian dan pengorbanan besar yang dihadapi oleh Ibrahim as seperti telah diterangkan di muka ternyata telah melahirkan kesuksesan besar berupa keturunan yang cerdas dan shaleh, negeri yang aman dan makmur, hikmah dan buah tutur yang baik. Adalah telah menjadi hukum perjuangan, bahwa ujian dan pengorbanan merupakan bagian penting dari suatu proses perjuangan. Semakin besar langkah perjuangan kita, semakin besar pula ujian dan pengorbanan yang dituntut dari kita.

Apabila kita mengharapkan suatu kemenangan dan kesuksesan besar, maka kita harus bersiap diri untuk me­nempuh ujian demi ujian yang besar, dan kita harus bersiap diri untuk melakukan pengorbanan yang besar pula. Allah berfirman:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?’ Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta!” (QS, Ankbut, 29:2, 3)

Kita tidak dapat terhindar dari ujian dan cobaan. Ujian akan selalu datang kepada setiap generasi dan setiap angkatan, cobaan hidup adalah bagian daripada hidup itu sendiri. Karena hidup duniawi adalah hidup yang dipenuhi dan dihiasi ujian-ujian, kita tidak dapat berhindar dari ujian dan cobaan. Tapi kita dituntut untuk dapat dan mampu menghadapi dan mengatasinya dan inilah yang disebut dengan perjuangan.

Pelajaran lain yang dapat kita simak dari kisah nabiyullah Ibrahim khalilullah dan yang sangat perlu mendapat perhatian kita bersama ialah: Perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pembinaan keturunan dan generasi yang cerdas dan salih dan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan negara.

Pembinaan Generasi Muda

Perhatian terhadap keturunan yang cerdas dan saling mengingatkan kita akan firman Allah:

“Hendaklah orang-orang takut, seandainya meninggalkan generasi yang lemah sesudah mereka, yang mereka cemas akan nasib mereka.” (QS, an-Nisa‘, 4:9)

Nampaknya kita dituntut untuk mempunyai keturunan atau generasi muda yang lebih baik daripada kita, keturunan dan generasi muda yang lebih cerdas daripada kita, yang lebih pintar daripada kita, yang lebih sejahtera daripada kita, dalam hal ini kita perlu memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap soal-soal pembinaan generasi muda sejak masalah pemberian gizi, pendidikan keluarga, pembinaan lingkungan yang dapat menunjang terwujudnya generasi baru yang baik, sampai kesiapan diri kita untuk memohon ke hadirat Allah SWT dengan do’a demi do’a sebagaimana yang dilakukan Ibrahim as. Problem besar dan mendesak yang dihadapi oleh bangsa dan negara kita sekarang ialah problem pendidikan.

Ratusan ribu putra dan putri bangsa yang belum ter­tampung dalam lembaga pendidikan yang ada, di samping ratusan ribu angkatan kerja yang tidak dapat memperoleh kesempatan kerja. Keadaan ini akan semakin menumpuk dan membengkak terus kalau tidak ada penanganan secara sungguh-sungguh, yang pada akhirnya sudah past^ akan menghancurkan stabilitas nasional dan disintegrasi bangsa yang sudah dibangun dan dibina.

Kekecewaan dan keresahan masyarakat dalam masalah ini mau tidak mau pada gilirannya nanti akan mengakibat­kan sesuatu akibat yang tidak diinginkan, atau sekurang-kurangnya akan semakin memberikan pengaruh yang negatif terhadap disiplin nasional dan perasaan keikutsertaan masyarakat dalam membangun bangsanya.

Dalam keadaan yang seperti ini kita dituntut untuk lebih banyak memberikan perhatian kepada masalah pendidikan pembinaan generasi muda, baik melalui pen­dirian sekolah-sekolah maupun sarana-sarana lainnya yang mampu mengurangi beban bangsa dan negara tersebut di atas. Setidak-tidaknya masing-masing keluarga hendaknya memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh ter­hadap pendidikan putra dan putrinya.

Perhatian terhadap bangsa dan negara

Perhatian kita terhadap terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan negara, karena kita yakin bahwa tugas tersebut merupakan salah satu manifestasi syukur kita ke hadirat Allah SWT, yang sudah pasti merupakan ’amal salih kita. Dengan kemajuan dan kebesaran negara Indonesia adalah berarti kemajuan dan kebesaran kaum Muslimin, sebab jumlah terbesar dari penduduk negeri ini adalah kaum Muslimin.

Dan dengan memajukan ummat Islam berarti kita memajukan sebagian besar dari rakyat dan masyarakat Indonesia. Dengan segala kemampuan yang ada pada kita berusaha turut mengambil bagian penting untuk terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur sebagai­mana yang dilakukan oleh Ibrahim as.

Perlu Adanya Kerjasama

Menjelang proklamasi negara kita beberapa puluh tahun yang lalu, seluruh bangsa Indonesia mempunyai musuh yang sama yaitu penjajahan. Semua kita setuju bahwa penjajahan bukan saja merugikan bangsa dan negara kita tapi juga merupakan musuh utama bangsa dan musuh utama agama. Para ulama mampu bekerjasama dengan para pemimpin bangsa untuk menumbangkan penjajahan dan rakyat pun sepakat untuk mengorbankan segala apa yang mereka miliki demi terwujudnya cita-cita bersama yakni kemerdekaan. Dan dengan izin Allah SWT keinginan bersama itu dapat terwujudkan.

Sekarang ini pun kita dihadapkan dengan musuh bersama yakni kebodohan dan kemiskinan, yang bukan hanya musuh bangsa dan negara tapi juga merupakan musuh agama. Dan untuk menghindarkannya, diperlukan adanya kerjasama yang baik antar Ulama Umara antara yang dipimpin dan para pemimpin serta diperlukan partisipasi penuh dari seluruh rakyat yang siap untuk berkorban secara ikhlas demi terwujudnya cita-cita dan keinginan bersama itu, sebagaimana pada saat-saat prok­lamasi dulu.

Tidak ada pilihan lain bagi kita kaum Muslimin, kecuali kita harus secara ikhlas berpatisipasi aktif dalam gerak pembinaan bangsa kita sekarang; menuju terwujudnya baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Perjuangan adalah Pengorbanan
Dan untuk mewujudkan usaha besar ini marilah kita juga mengambil suri tauladan Nabi Ibrahim as.

Pelajaran yang sangat berharga yang dapat kita ambil dari kisah Nabiyullah Ibrahim as dalam mewujudkan cita-cita perjuangannya, terutama yang menyangkut pem­binaan generasi muda dan mewujudkan negara yang aman dan makmur, bahwa untuk meraih kesuksesan besar, hendaknya kita mampu menghadapi ujian yang besar dan pengorbanan yang besar pula.

Tampaknya memang tidak akan ada kesuksesan besar tanpa adanya ujian dan pengorbanan yang besar. Sekian banyak kemampuan kita diuji, sekian banyak pula hasil dan kesuksesan yang dapat kita peroleh. Ujian dan pengorbanan besar yang dihadapi Ibrahim as seperti telah diterangkan di muka, ternyata telah melahirkan ke­suksesan besar, berupa keturunan yang cerdas dan shaleh serta negeri yang aman dan makmur.

Adalah telah menjadi hukum perjuangan, bahwa ujian dan pengorbanan merupakan bagian penting dari suatu proses perjuangan, semakin besar langkah perjuangan kita, semakin besar pula ujian dan pengorbanan yang dituntut dari kita. Apabila kita mengharapkan suatu kemenangan dan kesuksesan besar, maka kita harus ber­siap diri untuk menempuh ujian demi ujian yang besar. Kita harus siap diri untuk melakukan pengorbanan yang besar pula.

Bahkan dalam kehidupan Rasulullah saw, ujian dan pengorbanan itu telah menghiasi gerak dan langkah per­juangannya.

Ia lahir ketika ayah sudah tiada, pada usia enam tahun ibunya pun meninggal dunia, sejak usia delapan tahun ia harus hidup berdiri sendiri, ketika menyampaikan ajaran ia sempat dihina, disiksa, diusir sampai dikerjar-kejar untuk dibunuh. Ia tidak sempat kaya, ia hanya memiliki sebuah rumah kecil, emperan dari sebuah masjid umum. Ia harus menjahit sepatunya sendiri yang robek, ia beberapa kali mengganjal perutnya karena lapar. Tetapi ia tetap tegak menegakkan ajaran kebenaran. Tidak ada orang yang minta nasehat, kecuali dinasehatinya. Tetangga sakit di­kunjunginya, teman wafat dihantarkannya. Ia berangkat ke medan perang pada barisan yang paling depan, ia berangkat ke pasar menjadi pedagang yang ulet dan jujur. Ia tahajjud dan bertaubat terus-menerus, walaupun tidak pernah melakukan kesalahan.

Akhirnya beliau dan sahabat-sahabatnya berhasil me­raih kemenangan-kemenangan yang paling besar se­panjang sejarah kemanusiaan. Allah berfirman:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi.” (QS, al-Ankabut, 29:2)

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS, al-Ankabut, 29:3)

Ujian akan selalu datang pada setiap generasi dan setiap angkatan, cobaan hidup adalah bagian dari hidup itu sendiri. Karena hidup duniawi adalah hidup dalam kerangka ujian. Kita tidak dapat berhindar dari ujian dan cobaan. Tapi kita dituntut untuk dapat mampu meng­hadapi dan mengatasinya. Inilah yang disebut dengan per­juangan.

Oleh karena itu, di dalam rangka kita mengisi abad baru Islam, marilah kita siap menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian, terutama dalam rangka kita mempersiapkan generasi baru dan mewujudkan pem­bangunan bangsa dan negara yang aman dan makmur sebagaimana contoh yang diperlihatkan Allah SWT dari kehidupan Nabiyullah Ibrahim as.
Dan marilah do’a-do’a Ibrahim itu kita jadikan sebagai bagian dari do’a-do’a kita. Allah berfirman:
Rabbi hablii hukman walhiqnii bish-sbalihiin;
“(Ibrahim berdo’a): ’Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang salih”. (QS, asy-Syu’ra‘, 26:83)
Waji’alii lisaana shidqinfiil akhiriin.
“Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.” (QS, asy-Syu’ara‘, 26:84)
Waj’alnii min waratsati jannatinna’iim.
“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang menyukai surga yang penuh kenikmatan.” (QS, asy-Syu’ara’, 26:85).